Aku Bermimpi
Aku tidak ingin memaksamu untuk melihat ke arahku saat ini. Jika hidupmu sedang berada di jalur impianmu, maka jalani dan nikmatilah sepenuh hati. Tatalah kehidupanmu sebaik-baiknya, kejar setiap impian dan cita-citamu dengan keyakinan penuh. Aku tidak ingin menjadi penghalang dalam perjalananmu, justru aku ingin menjadi doa yang setia mengiringi setiap langkah yang kau ambil. Meski ragaku jauh, doaku selalu dekat—menyusup dalam setiap harapan baik untukmu.
Sebisa mungkin, aku mencoba untuk tidak menyimpan harapan apa pun dari penantian ini. Tapi, bagaimana mungkin aku mampu benar-benar menghapus harapan, jika kenyataannya hati ini masih setia menunggumu? Seringkali aku membohongi diriku sendiri, berpura-pura kuat, seolah tidak ada yang tertinggal. Namun dalam diam, aku selalu menyimpan harapan kecil—bahwa suatu hari nanti, takdir akan membawa kita kembali bertemu.
Aku bermimpi, suatu saat nanti, ketika aku dan kamu telah tumbuh menjadi versi terbaik dari diri kita masing-masing—lebih matang, lebih bijak, dan lebih kuat setelah melewati berbagai ujian hidup—saat itu, semua mimpi dan cita-cita kita telah tercapai. Dan di waktu yang indah itu, Allah akan mempertemukan kita kembali, bukan karena kebetulan, tetapi karena rencana-Nya yang sempurna. Dalam pertemuan yang dirancang langsung oleh-Nya, kau akan melihatku bukan sebagai orang yang tertinggal, melainkan sebagai seseorang yang juga berjuang dan bertumbuh untuk mimpi-mimpinya.
Lalu kau akan menemuiku kembali, bukan untuk mengulang kisah yang lalu, tapi untuk membuka lembaran baru—melanjutkan mimpi bersama, saling menggenggam dalam perjalanan panjang, menuju impian yang lebih besar: mewujudkan surga yang sesungguhnya, bukan hanya dalam angan, tapi dalam kenyataan, dalam kebersamaan yang diridhoi-Nya.
Komentar
Posting Komentar