Menanti Mu
Aku mencintaimu, dan perasaan itu tumbuh bukan karena aku menginginkannya, tapi karena hatiku menemukan rumahnya dalam dirimu. Namun aku juga sadar, mencintaimu tidak berarti aku harus memaksakan kehadiranku dalam hidupmu. Aku tidak ingin menjadi gangguan dalam jalanmu, tidak ingin menjadi penghalang bagi langkahmu menuju masa depan yang kau impikan. Berat bagiku, sungguh. Ada banyak hal yang ingin kusampaikan, tapi aku memilih diam, karena aku tahu tidak semua rasa harus diungkapkan saat ini.
Setiap kali aku melihat namamu muncul di layar ponselku, hatiku selalu berdegup lebih cepat, seolah-olah semesta sedang memainkan irama khusus hanya untukmu. Tapi seiring degup itu, ada juga kesadaran yang menahan langkahku—bahwa cinta yang tulus harus tahu kapan harus menunggu, kapan harus menjaga jarak, dan kapan harus menyerahkan semuanya kepada Dia yang Maha Mengatur.
Aku tidak ingin menjemput cinta ini dengan cara yang salah, dengan cara yang hanya mengikuti keinginan nafsu atau rasa sesaat. Aku ingin menjemputmu dengan cara yang Allah ridhoi. Dengan doa, dengan perjuangan memperbaiki diri, dengan kesabaran dalam penantian yang tidak sia-sia. Karena aku percaya, cinta yang dibangun atas dasar keimanan akan berbuah ketenangan—bukan hanya di dunia, tapi juga menjadi bekal menuju akhirat.
Biarlah untuk saat ini aku mencintaimu dalam diam yang suci, dalam doa yang tidak pernah putus. Jika engkau memang takdirku, maka aku yakin, Allah akan menyatukan kita di waktu yang paling indah—dengan cara terbaik yang penuh keberkahan.
Komentar
Posting Komentar