Istiqomah
Ternyata, istiqomah itu tidak semudah yang dulu kubayangkan. Aku kira cukup dengan niat dan sedikit tekad, aku bisa berjalan lurus di jalan-Nya tanpa goyah. Tapi nyatanya, begitu banyak tantangan yang datang silih berganti, terutama saat aku sendiri, saat tak ada yang mengingatkan, saat hati sedang lengah. Di saat seperti itulah, aku merasa lemah. Kadang aku begitu semangat menjalani perintah-Nya, merasa begitu dekat dan ringan melangkah. Namun di hari yang lain, aku justru lalai, terjebak dalam dunia yang menggoda, hingga aku lupa arah dan tujuan awalku.
Aku sadar, iman ini naik turun. Ada hari-hari ketika aku merasa begitu dekat dengan Allah, hatiku penuh ketenangan. Tapi ada juga hari-hari ketika aku merasa hampa, jauh, dan terombang-ambing oleh godaan dunia. Kadang aku taat, kadang aku lalai. Dan setiap kali aku jatuh, rasa bersalah itu menghantam begitu keras, membuatku malu pada diriku sendiri, malu pada Tuhanku.
Namun justru di situlah aku mulai mengerti, bahwa istiqomah bukanlah tentang kesempurnaan tanpa cela, tapi tentang bagaimana aku terus berusaha kembali meski telah berkali-kali jatuh. Bahwa setiap langkah kecil menuju kebaikan tetaplah berharga di mata-Nya, selama aku tidak berhenti. Aku belajar, bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang terus kembali, yang tidak menyerah dalam perjuangan, meskipun langkahnya tertatih.
Dan kini aku tahu, bahwa untuk bertahan di jalan ini, aku tidak bisa berjalan sendirian. Aku butuh bimbingan, lingkungan yang menguatkan, dan doa yang terus kupanjatkan agar hatiku tetap hidup. Aku tahu ini bukan akhir, ini masih awal dari perjalanan panjang. Aku hanya ingin tetap berjuang, agar suatu hari nanti aku bisa berdiri tegak dan berkata: “Ya Allah, aku memang pernah jatuh, tapi aku tidak pernah berhenti untuk kembali.”
Komentar
Posting Komentar