Kekuatan yang Dicari dalam Kerapuhan

Jika saat bersama dalam dakwah saja aku sudah merasa serapuh ini, bagaimana mungkin aku mampu bertahan saat sendiri? Kebersamaan seharusnya menjadi sumber kekuatan, tempat berpijak saat jiwa mulai goyah. Namun mengapa justru di tengah barisan ini, aku merasa gentar, seolah beban begitu berat dan langkah begitu lambat? Mungkinkah ini karena hatiku belum sepenuhnya bersandar pada-Nya?

Dalam lingkaran nasihat dan ukhuwah, aku kerap menemukan semangat, namun juga cermin yang memantulkan kelemahan diriku sendiri. Di antara lantunan ayat dan tausiyah, aku menyadari bahwa iman tak selalu tegak hanya karena ramai. Ada kalanya keramaian justru menyingkap retak-retak dalam jiwa yang belum kukenali sebelumnya.

Lalu aku bertanya, sekuat apa aku jika harus berjalan seorang diri? Tanpa tangan yang menggenggam, tanpa pelukan doa dari saudara seiman, tanpa senyum penyemangat di tengah letih perjuangan? Jika di tengah kebersamaan aku masih meragu, bagaimana jika hanya ada sunyi yang menemani?

Mungkin inilah panggilan untuk lebih dalam mengenal makna bergantung kepada Allah. Bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada ramainya manusia di sekelilingku, tetapi pada teguhnya hati yang bersandar penuh kepada Rabb-nya. Sebab sepi pun bisa menjadi ladang kekuatan, jika ia dipenuhi dzikir dan keyakinan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Hati

Aku Bermimpi

Menanti Mu