Musholla
Ramai. Penuh tawar-menawar, penuh obrolan, dan penuh tumpukan deadline. Di tengah hiruk-pikuk itu, ada satu sudut yang justru paling sunyi. Sebuah ruangan kecil di pojok, tak pernah jadi sorotan. Tempat itu tidak menjual kopi, tidak punya julukan keren, apalagi spot Instagramable. Ia bahkan sering kosong, nyaris tak dianggap ada. Tapi barangkali, justru tempat itulah yang diam-diam menjadi penopang rezeki kita semua.
Di sanalah manusia-manusia duduk, bukan untuk berbasa-basi, tetapi untuk mengejar waktu—dalam makna yang sebenarnya. Mereka tidak tampil di beranda media sosial, tidak masuk dalam cerita-cerita keberhasilan yang sering kita rayakan. Tapi doa mereka menggantung di langit, menyapu jalan rezeki yang tidak pernah putus.
Ruangan itu bukan ruang istirahat, bukan juga ruang rapat. Ia adalah ruang sujud. Tempat di mana segalanya kembali pada yang Maha Mengatur. Dan meski sepi, mungkin justru karena tempat itulah, kita semua masih diberi cukup—bahkan lebih dari cukup.
Komentar
Posting Komentar