Heart

Melapangkan hati bukan berarti tak pernah terluka, tapi tentang bagaimana kita belajar menerima apa yang tidak bisa kita ubah. Hati yang lapang tidak muncul begitu saja—ia lahir dari pergulatan, dari luka yang diikhlaskan, dari kecewa yang dipeluk dengan sabar. Kadang, kita terlalu sibuk menggenggam erat apa yang telah pergi, hingga lupa bahwa kelegaan justru datang saat kita melepaskan.

Ada hal-hal yang memang tidak berjalan sesuai harapan, dan itu tidak apa-apa. Tidak semua luka harus dibalas, tidak semua kata harus dijawab. Melapangkan hati adalah bentuk keberanian, memilih damai daripada amarah, memilih diam daripada menyulut api. Saat kita tidak bisa mengubah keadaan, kita masih bisa mengubah cara hati menyikapinya. Di situlah kekuatan yang sesungguhnya.

Dalam keheningan, aku belajar bahwa hati yang lapang adalah tempat paling indah bagi ketenangan menetap. Tidak lagi penuh sesak oleh prasangka, tidak lagi berat oleh amarah. Hati yang lapang adalah rumah bagi jiwa yang ingin bertumbuh, yang ingin dekat dengan Tuhannya. Maka aku terus belajar, pelan-pelan, untuk memberi ruang di hati—bukan untuk dunia, tapi untuk damai yang sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Hati

Aku Bermimpi

Menanti Mu