Part 11: Percakapan Malam

Setelah salat magrib, Dirly duduk di beranda rumahnya. Angin malam berhembus pelan membawa aroma tanah basah sisa hujan sore tadi. Di tangannya masih ada sebuah buku catatan yang ia gunakan untuk menulis rencana-rencana kegiatan sosial.

Tak lama kemudian, telepon genggamnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari sahabat lamanya, mengingatkan tentang acara reuni sekolah yang akan digelar akhir pekan nanti. Dirly terdiam sejenak. Reuni itu bisa menjadi kesempatan untuk bertemu kembali dengan wajah-wajah masa lalu, termasuk seseorang yang pernah memberi warna dalam hidupnya—Rania.

Dirly menarik napas panjang. “Apakah ini saatnya aku benar-benar berhadapan dengan masa lalu?” batinnya bergumam. Ada keraguan, tetapi juga rasa rindu yang perlahan muncul.

Malam itu, sambil menatap bintang di langit, Dirly mulai merenung. Ia tahu, perjalanan hidupnya belum selesai. Justru, mungkin inilah awal dari babak baru yang akan menentukan langkahnya ke depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Hati

Menanti Mu

Aku Bermimpi