Part 3 – Janji di Bawah Langit Malam

Rania terdiam lama. Ia menatap tanah yang dingin, lalu kembali menatap wajah pemuda itu yang masih dipenuhi sisa air mata. Hatinya bergetar hebat, seperti ada dua kekuatan yang saling tarik menarik: cinta kepada manusia yang begitu nyata di hadapannya, dan cinta kepada Allah yang seharusnya jadi pusat segalanya.

"Aku juga takut," akhirnya Rania berbisik, suaranya hampir tak terdengar. "Aku takut jika hatiku terlalu condong padamu, aku akan kehilangan arah. Kadang aku bertanya, apakah ini benar-benar cinta, atau hanya ujian yang harus kutundukkan?"

Pemuda itu mengangkat kepalanya perlahan, menatapnya dengan mata yang merah. "Lalu apa yang harus kita lakukan, Rania? Apakah kita harus melepaskan segalanya?"

Rania menarik napas panjang. Angin malam menyentuh wajahnya lembut, seolah ikut menenangkan batinnya yang gelisah. "Mungkin bukan melepaskan," katanya mantap, "tapi menata ulang. Kita harus belajar meletakkan Allah di atas segalanya. Jika memang Dia merestui, cinta ini akan menemukan jalannya. Tapi jika tidak… kita harus rela, karena Dia tahu apa yang terbaik."

Pemuda itu terdiam, dadanya terasa sesak. Kata-kata Rania bagaikan pisau tajam, tapi sekaligus obat yang menenangkan. Ia menunduk, lalu dengan suara bergetar berkata, "Kalau begitu… mari kita berjanji. Bahwa mulai malam ini, kita akan berusaha saling menuntun, bukan saling menjauhkan dari Allah. Bahwa cinta ini harus selalu kembali kepada-Nya."

Rania menatapnya dalam-dalam. Ada getar di hatinya, ada rasa ingin menangis, tapi juga kekuatan yang tiba-tiba tumbuh. Ia mengangguk pelan. "Aku janji."

Di bawah langit malam yang penuh rahasia, dua jiwa muda itu membuat janji yang sederhana tapi agung: menjaga cinta agar tetap berada di jalan Allah.

Bulan sabit seakan tersenyum, bintang-bintang berkelip, dan udara malam menjadi saksi bahwa cinta sejati bukan hanya tentang memiliki, tapi juga tentang mengembalikan segalanya kepada Sang Pemilik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Hati

Menanti Mu

Aku Bermimpi