Part 6 – Akar Kesabaran

Dirly dibesarkan dalam keluarga sederhana. Ayahnya telah tiada sejak ia masih kecil, sehingga ia hanya tumbuh bersama ibunya yang sehari-hari berjualan makanan di pinggir jalan demi mencukupi kebutuhan. Kehidupan mereka serba terbatas, namun di sanalah akar kesabaran mulai tumbuh dalam dirinya.

Sejak usia belia, Dirly sudah terbiasa membantu ibunya. Pagi-pagi ia bangun lebih awal untuk menyiapkan dagangan, lalu berangkat ke sekolah dengan pakaian seadanya. Ia pernah diejek karena kesederhanaannya, tetapi ia tidak pernah membalas dengan amarah. Ia memilih menunduk dan tersenyum, karena dalam hatinya ia tahu bahwa harga diri tidak ditentukan oleh pakaian atau harta.

Dirly juga menyaksikan bagaimana ibunya bekerja tanpa mengenal lelah, meski tubuhnya sering letih. Dari ibunya, ia belajar arti ketabahan. Ia memahami bahwa sabar bukan hanya diam menahan sakit, melainkan juga terus berusaha meski keadaan sulit menekan.

Lingkungan sekitar pun ikut membentuk jiwanya. Ia terbiasa bergotong royong bersama tetangga, membantu memperbaiki rumah yang bocor, atau sekadar menemani orang tua lanjut usia berbincang. Kesederhanaan hidup membuatnya lebih peka terhadap kesulitan orang lain, seolah rasa peduli itu mengalir begitu saja dalam dirinya.

Bagi Dirly, dunia ini tidak akan berarti banyak jika ia hanya hidup untuk dirinya sendiri. Ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan, akan selalu kembali sebagai keberkahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Hati

Menanti Mu

Aku Bermimpi